Senin, 06 Oktober 2025 Reporter: Tiyo Surya Sakti Editor: Toni Riyanto 351
(Foto: Tiyo Surya Sakti)
Sebanyak 100 tenaga pendidik PAUD formal dan non-formal serta Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA) di Jakarta Selatan mengikuti Pelatihan Membuat Karya Tulis Buku Cerita di Ruang Gelatik Utama, Kantor Wali Kota setempat.
"Literasi menjadi gerakan bersama"
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Jakarta Selatan, Sayid Ali menyambut baik dan memberi apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini.
Menurutnya, pelatihan seperti ini bukan hanya sebagai program pengembangan keterampilan, tapi juga sebagai bagian dari upaya berkelanjutan membangun budaya literasi yang dimulai sejak usia dini.
"Mari kita terus dorong sinergitas antara pemerintah, satuan pendidikan, orang tua, dan masyarakat agar literasi menjadi gerakan bersama
yang hidup dan berkelanjutan," ujarnya, Senin (6/10).Ali menyebut, peran tenaga pendidik ini menjadi sangat krusial karena mereka bukan hanya pengajar di ruang kelas, tapi juga pembentuk karakter awal anak.
Melalui pelatihan ini, tidak hanya memberikan keterampilan menulis cerita, tapi juga memberi ruang bagi guru untuk berkontribusi menciptakan konten literasi yang relevan dan kontekstual, cerita yang dekat dengan keseharian anak-anak.
"Saya ucapkan selamat mengikuti pelatihan. Semoga pelatihan ini tidak berhenti di sini saja, tetapi bisa berlanjut dalam bentuk pelatihan lainnya," harapnya.
Bunda PAUD sekaligus Bunda Literasi Jakarta Selatan, Diah Anwar menuturkan, kegiatan ini dinilai sangat penting, strategis, dan menyentuh hati karena menyasar langsung pada pondasi awal pendidikan, yaitu tenaga pendidik PAUD.
"Sebagai Bunda PAUD dan juga Bunda Literasi, saya merasa sangat bahagia karena hari ini kita bersama-sama memulai langkah kecil yang dampaknya bisa sangat besar, membekali para guru PAUD dengan kemampuan menulis cerita anak," ungkapnya.
Diah menjelaskan, pelatihan ini juga bertujuan untuk membekali guru PAUD agar bisa menulis cerita yang menyenangkan dan bermakna untuk anak-anak. Sebab, cerita yang ditulis guru sendiri akan lebih dekat dengan keseharian anak-anak.
Ia menambahkan, melalui pelatihan ini, para guru didorong untuk mengembangkan kemampuan menulis cerita anak, mulai dari proses menemukan ide, menyusun tokoh, membangun alur, hingga mengolah narasi yang sederhana namun efektif.
"Melalui kemauan belajar dan latihan yang konsisten, saya yakin semuanya bisa menulis cerita luar biasa yang akan menjadi warisan literasi bagi anak-anak kita. Cerita-cerita itu bukan hanya akan dibaca di kelas, tapi juga bisa menjadi sumber inspirasi bagi guru-guru lain dan bahkan bisa diterbitkan," tandasnya.