Rabu, 13 Agustus 2025 Reporter: Aldi Geri Lumban Tobing Editor: Erikyanri Maulana 487
(Foto: Istimewa)
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta bersama lintas perangkat daerah terkait menggelar simulasi penanggulangan busa putih yang menumpuk di Pintu Weir 3 Kanal Banjir Timur (KBT), Jakarta Utara, Rabu (13/8).
"Program pemulihan kualitas air jangka panjang,"
‘Pasukan mikroba’ melakukan penanganan busa tersebut dengan dua metode yakni, penyemprotan bertekanan tinggi dan pelepasan mikroba untuk mengurai pencemar organik penyebab busa.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto mengatakan, hasil simulasi ini akan menjadi acuan penyusunan SOP di 13 sungai Jakarta.
“Penanganan busa harus menjadi bagian dari program pemulihan kualitas air jangka panjang yang terintegrasi,” ujar Asep.
Ia menyampaikan, pengawasan difokuskan pada pelaku usaha, terutama skala kecil, yang wajib memiliki Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL) dan mengelola limbah cair sesuai aturan.
“Pencegahan di sumber pencemar lebih penting dibanding penanganan di hilir,” ucapnya.
Analis Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Ria Triany menjelaskan, busa terbentuk akibat tingginya kadar bahan organik (BOD, COD) dan surfaktan sintetis dari limbah rumah tangga maupun usaha yang belum terolah optimal.
“Turbulensi di pintu air memicu pembentukan busa. Mikroba yang digunakan dalam simulasi diharapkan mampu menguraikan polutan secara biologis atau biodegradasi,” katanya.
Kepala Seksi Operasi Kebakaran Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta, M Tasor mengatakan, dalam uji coba, 10 ribu liter air tawar disiapkan untuk penyemprotan fisik dari darat dan air, serta 2.500 liter air yang dicampur empat liter cairan mikroorganisme efektif untuk degradasi polutan.
“Penyemprotan dilakukan dengan berbagai tipe pancaran, ukuran nozzle, dan lokasi berbeda,” tandasnya.