Senin, 17 November 2025 Reporter: Folmer Editor: Budhy Tristanto 184
(Foto: Folmer)
Selama Januari hingga 10 November 2025, tercatat ada 924 warga di Jakarta Pusat terjangkit Demam Berdarah Dengue (DBD). Dua di antaranya meninggal akibat digigit nyamuk Aedes Aegytpi.
"Terbanyak menjangkit orang bekerja dan anak sekolah,”
Kepala Suku Dinas Kesehatan (Kasudinkes) Jakarta Pusat, Rismasari mengatakan, jika dibanding tahun sebelumnya, angka kasus DBD 2025 ini mengalami penurunan. Pada 2024 lalu, kasus warga yang sakit akibat DBD berjumlah 1.222 orang dan enam di antaranya meninggal dunia.
"Jadi, dibandingkan tahun sebelumnya, angka kasus DBD di Jakarta Pusat tahun ini menurun," ujarnya, Senin (17/11).
Dipaparkan Rismasari, selama Januari hingga 10 November 2025 kasus DBD tertinggi terjadi di wilayah Kecamatan Cempaka Putih sebanyak 223 kasus. Sedangkan kelurahan yang memiliki angka DBD tertinggi yakni Rawasari dengan 93 kasus.
Untuk golongan umur, lanjut Rismasari, kasus DBD selama 2025 yang paling tinggi yakni usia 20 hingga 44 tahun dengan 270 kasus. Sementara angka terendah pada umur kurang dari satu tahun sebanyak lima orang dan golongan umur lebih dari 64 tahun ada senam orang.
“Dilihat dari kasus DBD berdasarkan golongan umur ini, terbanyak menjangkit orang bekerja dan anak sekolah,” tuturnya.
Karena itu, Ia minta Sudin Pendidikan I dan II Jakarta Pusat agar lebih menggiatkan kembali kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dengan siswa - siswi yang telah dilatih sebagai kader jumantik mandiri.
"Saya juga meminta pemberantasan sarang nyamuk di perkantoran melalui kader jumantik digiatkan setiap pekan," jelasnya.
Rismasari menegaskan, pihaknya siap memberikan pelatihan untuk membentuk kader jumantik mandiri di sekolah maupun perkantoran.
"Kader jumantik mandiri di sekolah dan perkantoran akan memperkuat upaya pencegahan DBD sehingga kader jumantik di RT dan RW akan banyak terbantu," pungkasnya.