Kamis, 13 November 2025 Reporter: Folmer Editor: Budhy Tristanto 230
(Foto: Folmer)
Balai Pengawasan Obat Makanan (BPOM) RI bersinergi dengan Polda Metro Jaya, membongkar gudang sediaan farmasi ilegal berskala besar di Jakarta Barat.
"Temuan yang disita adalah produk obat penambah stamina pria,"
Operasi gabungan ini berhasil menyita barang bukti senilai total Rp2,74 miliar dari gudang yang telah beroperasi selama empat tahun.
Kepala BPOM RI, Taruna Ikrar, mengapresiasi kolaborasi lintas sektor yang kuat di Jakarta.
"Kami terus berupaya secara optimal memerangi penyalahgunaan obat dan kejahatan sediaan farmasi ilegal untuk melindungi seluruh masyarakat Indonesia," tegas Taruna Ikrar seperti dikutip melalui keterangan tertulis, Kamis (13/11).
Ia mengungkapkan, operasi gabungan yang digelar pada 30 Oktober 2025 di Komplek Villa Arteri, Kelapa Dua, Kebon Jeruk, Jakarta Barat berhasil menemukan 65 jenis produk ilegal dengan jumlah keseluruhan 9.077 kemasan.
Temuan terdiri dari 15 item obat tanpa izin edar/TIE (4.027 kemasan) senilai Rp1,4 miliar serta 29 item obat bahan alam (OBA) TIE (3.151 kemasan) senilai Rp770 juta.
OBA yang ditemukan merupakan produk yang termasuk dalam daftar peringatan publik BPOM karena diduga mengandung bahan kimia obat (BKO) yang tidak seharusnya ditambahkan ke dalam produk OBA. Selain itu, ditemukan pula 21 item (1.899 kemasan) suplemen kesehatan TIE senilai Rp551 juta.
"Mayoritas temuan yang disita adalah produk obat dengan klaim penambah stamina pria yang diduga keras mengandung BKO sildenafil dan turunan," ungkapnya.
Ia menegaskan, penggunaan produk semacam ini sangat berisiko terhadap kesehatan. Seluruh barang bukti saat ini sedang dalam proses pengujian laboratorium lebih lanjut.
"Efek membahayakan yang mungkin terjadi, antara lain kehilangan penglihatan dan pendengaran, nyeri dada, pembengkakan pada wajah, stroke, serangan jantung, bahkan kematian, jika digunakan dalam dosis tinggi atau jangka panjang," tegasnya.
Ia menjelaskan, modus operandi pelaku berinisial MU terbilang cerdik. Pelaku berperan sebagai supplier dan tidak memiliki toko online maupun offline sendiri. Pelaku menerima pesanan dari pelanggan (pemilik toko online) melalui aplikasi WhatsApp.
Setelah ketersediaan produk dikonfirmasi, pelanggan akan mengirimkan resi pengiriman untuk dicetak pelaku yang kemudian mengirimkan produk ilegal tersebut ke seluruh wilayah Indonesia.
Dari hasil pemeriksaan, diketahui penjualan dari gudang ini mencapai 70 paket kiriman per hari dengan estimasi keuntungan bersih harian sekitar Rp1,1 juta.
"Pelaku saat ini ditahan di Polda Metro Jaya untuk proses penyidikan lebih lanjut. Pelaku akan diproses secara pro-justitia dan dapat dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan pada Pasal 435 jo. Pasal 138 ayat (2) dan/atau Pasal 436 Ayat (1) dan (2) jo. Pasal 145 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan dengan sanksi pidana paling lama 12 tabun atau denda maksimal Rp 5 miliar," ungkapnya.