Senin, 27 Oktober 2025 Reporter: Tiyo Surya Sakti Editor: Toni Riyanto 471
(Foto: Nugroho Sejati)
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan menjadikan Sentra Fauna dan Kuliner Lenteng Agung menjadi destinasi wisata edukatif yang menarik agar mampu menarik animo pengunjung, khususnya pecinta satwa dan kuliner.
"Meningkatkan kesejahteraan para pelaku UMKM"
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (PPKUKM) DKI Jakarta, Elisabeth Ratu Rante Allo mengatakan, pembangunan Sentra Fauna dan Kuliner Lenteng Agung merupakan bagian dari penataan kegiatan perdagangan yang sebelumnya berada di kawasan Barito, Jakarta Selatan.
Menurutnya, penataan dilakukan untuk memberikan ruang usaha lebih layak dan representatif bagi para pedagang, sekaligus menjaga fungsi ekologis taman, serta mendukung tata kota yang lebih ramah lingkungan.
"Selama ini, pedagang Barito menempati lokasi sementara dengan fasilitas terbatas. Melalui penataan ini, kami ingin menghadirkan solusi yang tidak hanya memperbaiki tata ruang kota, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan para pelaku UMKM," ujarnya, Senin (27/10).
Ia memaparkan, Sentra Fauna dan Kuliner Lenteng Agung dibangun di atas lahan yang tertata modern dengan total 125 kios yang terbagi ke dalam beberapa zona sesuai fungsi dan jenis usahanya:
Untuk Zona A (kuliner) terdiri atas 22 kios, Zona B (amfiteater) memiliki 70 tempat duduk, Zona C dan D (pedagang burung dan pakan hewan) sebanyak 74 kios, serta Zona E (parsel dan kuliner tambahan) berjumlah 29 kios.
Lokasi ini juga sudah dilengkapi dengan fasilitas umum seperti toilet, musala, serta area parkir yang luas turut melengkapi kawasan ini. Tidak hanya menjadi tempat berdagang, Sentra Fauna dan Kuliner Lenteng Agung juga menyediakan area pertunjukan seni dan budaya hingga ruang interaksi sosial dan menjadikannya destinasi rekreasi baru yang ramah keluarga.
Dari sisi desain, kawasan ini dibangun dengan konsep higienis, ramah lingkungan, dan ramah keluarga. Sistem sirkulasi udara, kebersihan, dan sanitasi diperhatikan secara menyeluruh agar tercipta lingkungan yang sehat serta nyaman.
Lokasinya ini sangat strategis karena berada di dekat Stasiun KRL Lenteng Agung, serta dilayani oleh berbagai moda transportasi publik seperti Transjakarta rute 4B (Manggarai–UI), D21 (Lebak Bulus–UI), dan Jaklingko 44 (Andara–Lenteng Agung), sehingga mudah dijangkau oleh warga.
Sebagai langkah lanjutan, Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas PPKUKM DKI Jakarta akan melakukan aktivasi kawasan dengan menghadirkan berbagai kegiatan tematik seperti pertunjukan seni budaya, edukasi fauna, roadshow kesehatan hewan, serta event promosi dan komunitas.
"Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk menarik pengunjung, tetapi juga menjadi ajang promosi bagi para pedagang agar lebih dikenal masyarakat luas," ungkapnya.
Ia menambahkan, Pemprov DKI Jakarta juga mendorong sayembara desain gapura Sentra Fauna dan Kuliner Lenteng Agung sebagai upaya memperkuat identitas kawasan sekaligus melibatkan partisipasi masyarakat dalam proses branding destinasi baru ini.
Melalui beragam potensi dan fasilitas yang dimiliki, kawasan ini diharapkan menjadi 'New Hidden Gem' bagi warga Jakarta dan wisatawan yang mencari pengalaman kuliner serta interaksi dengan fauna dalam suasana nyaman dan teratur.
Pemprov DKI Jakarta juga memberikan perhatian khusus bagi para pedagang yang berpindah ke lokasi baru ini. Berbagai bentuk pendampingan dan insentif transisi diberikan, di antaranya hak memilih lokasi premium bagi pedagang yang lebih awal bersedia pindah, serta gratis sewa kios selama enam bulan untuk meringankan beban modal awal.
Para pedagang juga mendapatkan akses pelatihan kewirausahaan, edukasi digital, pendampingan usaha, promosi, dan pengembangan produk melalui program kolaboratif bersama Jakpreneur. Langkah ini sejalan dengan upaya Pemprov DKI dalam membangun ekosistem ekonomi rakyat yang tangguh dan berdaya saing.
"Kami ingin memastikan bahwa penataan kawasan ini tidak hanya mengubah wajah kota, tetapi juga membawa manfaat ekonomi langsung bagi masyarakat. Sentra ini bukan sekadar tempat berdagang, melainkan ruang publik baru yang menghidupkan interaksi sosial, melestarikan nilai lingkungan, dan memperkuat identitas Jakarta," tandasnya.