Jumat, 24 Oktober 2025 Reporter: Fakhrizal Fakhri Editor: Budhy Tristanto 391
(Foto: Fakhrizal Fakhri)
Fenomena hujan yang mengandung partikel mikroplastik dan menjadi perhatian publik ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara.
"Hampir semua penelitian menunjukkan adanya mikroplastik di udara,"
Profesor Riset dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Muhammad Reza Cordova mengungkapkan bahwa keberadaan mikroplastik di udara telah ditemukan secara global, termasuk di Jerman, Jepang, dan Korea.
“Hampir semua penelitian menunjukkan adanya mikroplastik di udara. Di luar negeri saja ada, apalagi di Indonesia yang dipengaruhi angin muson,” tukasnya, saat media briefing terkait isu mikroplastik dan fenomena cuaca ekstrem di Balai Kota Jakarta, Jumat (24/10).
Reza menjelaskan, sumber utama mikroplastik berasal dari penggunaan plastik sekali pakai hingga limbah rumah tangga.
Ia menilai, langkah paling efektif untuk mengatasi fenomena ini adalah dengan menghentikan pencemaran dari sumbernya.
“Solusi tercepatnya adalah mengurangi produksi dan konsumsi plastik sekali pakai. Sementara untuk perlindungan pribadi, masyarakat bisa menggunakan masker sebagai langkah pencegahan awal,” ungkapnya.
Reza menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mengatasi paparan mikroplastik ini.
“Masalah mikroplastik bukan hanya tanggung jawab satu pihak. Semua harus bergerak bersama agar dampaknya tidak semakin meluas,” terangnya.
Sementara itu, Fungsional Madya Pengamat Meteorologi dan Geofisika BMKG, Dwi Atmoko menerangkan, fenomena mikroplastik tidak hanya terdeteksi di wilayah Jabodetabek, tetapi juga berpotensi tersebar di seluruh Indonesia, tergantung arah dan kekuatan angin.
“Setiap proses pembakaran yang melibatkan bahan mengandung plastik dapat menghasilkan partikel debu yang mengandung mikroplastik. Selama proses itu ada dan terjadi angin atau cuaca, partikel tersebut bisa terbawa ke mana saja sesuai arah angin dominan pada saat itu,” pungkasnya.