Selasa, 22 Juli 2025 Reporter: Fakhrizal Fakhri Editor: Erikyanri Maulana 334
(Foto: Fakhrizal Fakhri)
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik (Diskominfotik) resmi meluncurkan program HerTech: Perempuan Berdaya Artificial Intelligence (AI) di Lantai 22 Blok G Balai Kota Jakarta, Selasa (22/7).
"semakin banyak perempuan Jakarta yang melek digital,"
Program ini bertujuan meningkatkan literasi digital dan keterampilan perempuan dalam memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan.
Kepala Diskominfotik DKI Jakarta, Budi Awaluddin mengapresiasi kepada para mitra yang terlibat, seperti ICT Watch, Asian Venture Philanthropy Network (AVPN), serta para narasumber dari dunia akademik dan komunitas teknologi.
"Bayangkan, hanya dengan 14 orang dari ICT Watch bisa menularkan kesadaran digital ke perempuan-perempuan Indonesia. Ini luar biasa. Kita ingin semakin banyak perempuan Jakarta yang melek digital dan berdaya secara ekonomi," ujar Budi.
Dijelaskan Budi, program ini sejalan dengan visi besar Pemprov DKI untuk menjadikan Jakarta sebagai salah satu dari 50 kota global pada 2029. Salah satu upaya yang dilakukan adalah membangun ekosistem digital, mulai dari digitalisasi pasar tradisional, pemasangan CCTV di setiap RT/RW, hingga pembangunan data center dan command center.
“Saat ini Jakarta berada di peringkat 74 dalam Global City Index. Untuk mengejar ketertinggalan ini, kami menyiapkan desain besar Jakarta Kota Cerdas dan Responsif 2026, termasuk roadmap AI dan penguatan literasi digital masyarakat,” terangnya.
Menurut Budi, pemberdayaan perempuan melalui teknologi menjadi bagian penting dari transformasi digital. Ia berharap, HerTech dapat membuka ruang bagi perempuan menjadi aktor utama dalam perubahan, tidak hanya sebagai pengguna, tapi juga pencipta dan pemimpin di sektor digital.
"Kita hidup di era yang bergerak sangat cepat. Kecerdasan buatan bukan lagi hal futuristik, tapi sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Kami berharap, ibu-ibu yang hadir di sini bisa ikut mengambil manfaat, bahkan bisa menghasilkan pendapatan melalui teknologi," tambahnya.
Lebih jauh, ia menekankan pentingnya mendorong kesetaraan gender di sektor teknologi. Transformasi digital, kata Budi, tidak boleh meninggalkan siapa pun, termasuk perempuan.
Sementara itu, Direktur Jenderal Komunikasi Publik dan Media Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Fifi Aleyda Yahya turut menyoroti masih lebarnya kesenjangan digital yang dihadapi perempuan.
“Data dari World Economic Forum menunjukkan bahwa 57 persen pekerjaan yang terdampak AI dipegang oleh perempuan. Tapi hanya 54 persen perempuan yang menyadari bahwa keterampilan mereka akan berubah karena AI,” jelas Fifi.
Ia menilai, program HerTech bukan sekadar pelatihan teknis, tetapi juga sarana untuk membangun kesadaran kritis agar perempuan dapat memahami, memanfaatkan, sekaligus mengkritisi AI secara etis dan produktif.
“Etika dalam penggunaan AI sangat penting. Program seperti ini memperkuat peran perempuan sebagai subjek utama dalam transformasi digital, bukan sekadar pelengkap,” tegasnya.
Direktur Program ICT Watch, Prasasti Dewi menambahkan, bahwa sejak awal program HerTech dirancang sebagai ruang pemberdayaan yang inklusif, terbuka bagi semua kalangan baik perempuan maupun laki-laki, termasuk penyandang disabilitas.
"Program ini tidak hanya untuk perempuan, tapi untuk semua pihak yang ingin berdaya melalui teknologi. Prinsipnya adalah kesetaraan," tandasnya.