Rabu, 17 Desember 2025 Reporter: Aldi Geri Lumban Tobing Editor: Erikyanri Maulana 429
(Foto: Istimewa)
Jakarta resmi memasuki babak baru pengelolaan sampah dengan kehadiran RDF Plant Rorotan yang mulai menunjukkan hasil nyata bagi kota ini. Sampah perkotaan tidak lagi semata menjadi beban, melainkan diolah menjadi bahan bakar alternatif yang bernilai guna bagi industri.
"Sampah kota dapat diolah menjadi sumber Energi Baru Terbarukan,"
Produk Refuse Derived Fuel (RDF) yang dihasilkan RDF Plant Rorotan, pabrik pengolahan sampah terbesar di Indonesia, kini siap dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif untuk industri semen.
“Ini adalah momen penting bagi Jakarta. RDF Plant Rorotan membuktikan bahwa sampah kota dapat diolah menjadi sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) yang bernilai dan bermanfaat,” ujar Asep Kuswanto, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Rabu (17/12).
Sebelumnya, Unit Pengelola Sampah Terpadu (UPST) Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. melakukan penandatanganan Perjanjian Jual Beli (PJB) produk RDF.
Penandatanganan ini berlangsung bersamaan dengan peluncuran armada baru truk compactor tertutup pengangkut sampah ke RDF Plant Rorotan di Jakarta Utara, Selasa (16/12). Kerja sama ini menandai dimulainya pemanfaatan RDF hasil pengolahan sampah dalam kota Jakarta oleh sektor industri secara berkelanjutan.
Melalui perjanjian tersebut, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk akan membeli produk RDF dari Rorotan dengan skema harga berbasis kualitas, berkisar antara USD 24 hingga USD 44 per ton. Perjanjian berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan kedua belah pihak.
“Adanya offtaker memberikan kepastian bahwa RDF yang kami produksi akan terserap industri secara berkelanjutan,” ujarnya.
Ia menegaskan, kerja sama ini menjadi bukti bahwa RDF bukan sekadar konsep, melainkan telah masuk ke dalam rantai pasok Energi Baru Terbarukan.
“Ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah modern dapat berjalan seiring dengan kebutuhan industri dan prinsip keberlanjutan,” ucapnya.
Asep menjelaskan, RDF Plant Rorotan telah melalui serangkaian tahapan uji coba dan penyempurnaan yang dilakukan secara bertahap dan hati-hati. Proses tersebut didampingi oleh tenaga ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk memastikan seluruh aspek teknis, lingkungan, dan keselamatan memenuhi standar yang ditetapkan.
“Kami tidak terburu-buru. Setiap tahapan diuji, dievaluasi, dan diperbaiki agar operasional benar-benar siap,” katanya.
Direktur Indocement, Oey Marcos, mengaku takjub sekaligus terkejut melihat kesiapan Jakarta, mulai dari bangunan, teknologi, hingga armada pengangkut sampah yang disiapkan. Menurutnya, hal tersebut mencerminkan keseriusan yang benar-benar nyata dan tidak setengah-setengah.
“Ini merupakan komitmen bersama yang sangat serius. Kami memahami bahwa RDF adalah salah satu solusi paling efisien dalam pengelolaan sampah, baik di tingkat nasional maupun di Jakarta,” ucapnya.
Ia menambahkan, penandatanganan perjanjian jual beli produk RDF menjadi tonggak penting sekaligus catatan sejarah bagi semua pihak yang terlibat. Marcos juga menegaskan kesiapan Indocement sebagai offtaker dengan kapasitas penerimaan hingga 1.700 ton RDF per hari.
“Program ini harus berhasil. Kami ingin membuktikan bahwa inisiatif ini membawa kebaikan dan dapat menjadi contoh bagi daerah lain,” tandasnya.