Rabu, 15 Oktober 2025 Reporter: Aldi Geri Lumban Tobing Editor: Erikyanri Maulana 130
(Foto: Istimewa)
Dinas Lingkungan Hidup (LH) Provinsi DKI Jakarta terus memperkuat edukasi pemilahan sampah dari sumbernya dengan pendekatan langsung ke warga atau door to door, sebagai bagian dari program pilot p
roject Kolaborasi Sosial Berskala Besar (KSBB) kluster Persampahan. Upaya ini salah satunya dilakukan di RW 07 Johar Baru, Jakarta Pusat, pada Selasa (14/10)."budaya pemilahan sampah yang berkelanjutan,"
Program ini merupakan hasil kolaborasi antara pemerintah, komunitas, serta relawan termasuk mahasiswa, ibu rumah tangga, dan warga yang bersama-sama membangun sistem pengelolaan sampah berkelanjutan di tingkat wilayah.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto mengatakan, kegiatan ini bertujuan mengakselerasi pelaksanaan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah Lingkup Rukun Warga (RW).
“Jakarta menghasilkan hampir 8.000 ton sampah setiap hari. Sayangnya, sebagian besar belum dipilah dan langsung dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir atau TPA, padahal lebih dari 60 persen sampah itu masih bisa diolah kembali,” ujar Asep, Rabu (15/10).
Asep menyampaikan, pemilahan dari rumah menjadi langkah awal yang krusial untuk mengurangi beban TPA sekaligus mencegah pencemaran lingkungan akibat penumpukan dan pembakaran sampah.
“Program KSBB kluster Persampahan menjadi langkah strategis Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam membangun budaya pemilahan sampah yang berkelanjutan di masyarakat melalui pendekatan partisipatif dan gotong royong,” jelasnya.
Sebagai bagian dari program percontohan ini, warga di RT 02, RT 11, dan RT 18 RW 07 diberikan dua jenis tempat sampah: organik dan anorganik. Sampah organik, seperti sisa makanan, dikumpulkan dalam wadah khusus, lalu dipindahkan ke tong biru yang tersedia di masing-masing RT. Sampah ini diangkut setiap hari oleh petugas Satuan Pelaksana Lingkungan Hidup Johar Baru guna menghindari bau dan penumpukan.
Sementara itu, daun kering dikumpulkan di bioreaktor yang tersedia di RT 04 dan kemudian diproses menjadi kompos. Harapannya, praktik pemilahan yang diterapkan di tiga RT ini bisa menjadi contoh bagi seluruh warga RW 07.
Untuk sampah anorganik, seperti botol plastik, kardus, dan kaleng, warga diminta memisahkan dalam kantong khusus dan menyetorkannya ke Bank Sampah Palem RW 07.
“Selain menjaga kebersihan lingkungan, sistem ini juga mendorong ekonomi sirkular di tingkat rumah tangga,” ucapnya.
Program ini turut didukung berbagai mitra komunitas, termasuk WWF Indonesia. Organisasi ini memberikan bantuan sarana dan prasarana berupa tiga unit tong komposter, serta 85 unit tempat sampah organik dan kantong pilah anorganik.
“Bantuan ini merupakan bentuk komitmen WWF untuk mendorong praktik lingkungan berkelanjutan dari tingkat rumah tangga. Kami mengapresiasi langkah DLH DKI Jakarta yang menjembatani kolaborasi lintas sektor,” kata Galih Aji Prasongko, Perwakilan WWF Indonesia.
Ketua RW 07 Johar Baru, Suwarsito, menyambut baik inisiatif ini. Ia menilai kegiatan edukatif ini sangat membantu masyarakat membiasakan diri memilah sampah sejak dari rumah.
“Kami berharap program seperti ini terus berlanjut dan bisa menjadi contoh bagi wilayah lain,” tandasnya.