Jumat, 19 September 2025 Reporter: Budhi Firmansyah Surapati Editor: Budhy Tristanto 2666
(Foto: Andri Widiyanto)
Wakil Gubernur Rano Karno, mengajak jajaran aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemprov DKI Jakarta untuk menjadikan peringatan Hari Rapat Raksasa IKADA sebagai sebagai motivasi meningkatkan pelayanan kepada warga.
"Hari ini giliran generasi penerus menyalakan kembali api dari lapangan IKADA ini,"
Hal ini diutarakan Rano, saat memimpin upacara Peringatan Hari Rapat Raksasa IKADA ke-80 di Plaza Selatan Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Jumat (19/9).
"Kita coba memberi pemahaman kepada PNS kita, bahwa lapangan yang di depan rumah kita ini bukan hanya lapangan yang kosong. Dia pernah menjadi rapat raksasa yang luar biasa, 80 tahun lalu," katanya, Jumat (19/9).
Rano menegaskan, kegiatan ini juga sebagai upaya mendorong semangat di jajaran ASN untuk melayani masyarakat. Ditekankannya, kota global yang dituju Jakarta adalah kota modern dengan layanan yang menarik.
Saat membacakan amanat dari Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, Rano menegaksan peristiwa rapat raksasa di lapangan IKADA ini adalah pengingat bahwa bangsa ini berdiri karena rakyatnya percaya, karena pemudanya berani, karena pemimpinnya dianugerahkan keteguhan.
"Hari ini giliran generasi penerus menyalakan kembali api dari lapangan IKADA ini,"tegas Rano.
Dilanjutkannya, Jakarta ke depan harus berwajah modern dalam infrastruktur, digital dalam pelayanan, global dalam jejaring, tetapi sekaligus tetap hangat dalam budaya, ramah dalam tradisi, dan setia pada gotong royong. Sehingga Jakarta sebagai kota global tetap berbudaya dan modern tanpa kehilangan jiwa.
Diingatkannya, aparatur sipil negara, para petugas lapangan dan para penggerak birokrasi, adalah wajah pertama Jakarta yang ditemui rakyat setiap hari.
Dari pelayanan administrasi,
senyum di loket, dari kepastian transportasi publik, hingga ruang terbuka hijau yang pelawan, disitulah rakyat akan menilai.Hal itu menurut Rano akan memberi penilaian pada masyarakat apakah kemerdekaan masih berdenyut setiap hari. Lantaran itu, diingatkannya menjadi pelayan publik, berarti bukan hanya menguasai prosedur, tetapi juga merawat nurani.
Dikatakannya, menjadi pelayan publik, berarti bekerja dengan integritas, kompetensi, dan keikhlasan. Hanya dengan cara itu, Jakarta bisa benar-benar disebut kota global dan bukan karena gedung pencakar langit, melainkan karena manusianya yang melayani dengan hati.
"Jadi inti dari upacara ini, selain mengenang peristiwa rapat IKADA, juga mengembalikan tanggungjawab kita sebagai pelayan untuk mengabdi pada masyarakat Jakarta," tandasnya.