Jumat, 07 November 2025 Reporter: Anita Karyati Editor: Andry 162
(Foto: Istimewa)
Pembangunan hidran mandiri di Gang Rasa Ujung, RT 10 dan 14, RW 03, Tugu Selatan, Koja, Jakarta Utara diapresiasi warga.
"Mari kita cegah kebakaran sejak dini,"
Ketua RW 03, Tugu Selatan, Sutarto mengungkapkan rasa syukur atas pembangunan hidran mandiri seluas 5x5 meter persegi yang dikerjakan Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu.
"Kami juga merasa bangga, karena hidran ini dibangun di atas lahan pembelian warga melalui swadaya atau gotong royong," katanya, Jumat (7/11).
Ia mengaku akses masuk yang sulit dan kondisi padat bangunan membuat warga sadar akan pentingnya mencegah kebakaran. Bahkan, lingkungan RT 15 hingga 01 juga dilintasi pipa Pertamina.
"Kebakaran bisa terjadi kapan dan kepada siapa saja. Mari kita cegah kebakaran sejak dini, akses jalan sempit bukan menjadi halangan," ucapnya.
Hal serupa disampaikan, Ketua RT 14/03, Tugu Selatan, Suryad. Kehadiran hidran mandiri ini dinilai sangat dinantikan warga. Mengingat pada 2023 pernah terjadi kebakaran, namun saat proses evakuasi sedikit terlambat karena kondisi jalan yang sempit.
"Senang dan terima kasih karena usulan warga dapat terealisasi. Saya harap adanya hidran mandiri, warga juga mendapatkan pelatihan terkait penggunaan maupun alat kebakaran lainnya seperti APAR," tuturnya.
Lurah Tugu Selatan, Yuyun Yuniarti mengakui, pembangunan hidran mandiri di RW 03 ini merupakan perdana dan tindak lanjut permohonan warga. Wilayah ini mempunyai 17 RT dengan luas 22 hektare serta jumlah penduduk 9.500 jiwa dan 1.671 bangunan.
"Terima kasih juga kepada warga yang telah menyediakan bahkan membeli lahan untuk digunakan hidran mandiri. Kami harap dengan adanya hidran, warga dengan cepat melakukan penanganan dini saat terjadi kebakaran," ucapnya.
Kepala Suku Dinas Gulkarmat Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu, Budi Haryono menjelaskan, pembangunan hidran mandiri disertai pemasangan pipa ini, progresnya baru mencapai 20 persen. Pengerjaan dimulai akhir Oktober lalu dan ditargetkan tuntas Desember.
"Hidran mandiri ini diutamakan pada kawasan padat penduduk dan rawan kebakaran. Selain itu, di lokasi yang sulit dijangkau armada," terangnya.
Menurut Budi, hidran mandiri bukan hanya dioperasikan saat memadamkan api kebakaran, tetapi juga bisa digunakan untuk kegiatan seperti kerja bakti, hingga penanganan pasca genangan dan banjir.
"Apresiasi juga atas inisiatif warga yang berhasil swadaya membeli lahan untuk dibangun hidran ini. Artinya kesiapsiagaan warga dalam menghadapi kebakaran sangat tinggi," tandasnya.