Sabtu, 25 Oktober 2025 Reporter: Nurito Editor: Toni Riyanto 249
(Foto: Istimewa)
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, melakukan peletakan batu pertama pembangunan Gedung Pusat Kajian Islam Asia Tenggara KH Abdurrahman Wahid di Jalan Bhakti Indah, RT 02/05, Kelurahan Ciganjur, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
"Tempat ini harus dibesarkan"
Rano mengatakan, pembangunan pusat kajian tersebut memiliki makna penting, tidak hanya bagi warga Jakarta, tetapi juga bagi masyarakat Asia Tenggara.
"Tempat ini merupakan pusat kajian Islam se-Asia Tenggara yang nantinya akan dikunjungi banyak orang, bukan hanya dari Jawa, tetapi juga dari berbagai negara," ujarnya, Sabtu (25/10).
Rano menambahkan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan memberikan dukungan terhadap pembangunan gedung tersebut, mulai dari proses perizinan bangunan hingga penyediaan akses transportasi umum agar kawasan tersebut mudah dijangkau masyarakat.
"Kami akan membantu semaksimal mungkin. Saya juga telah menugaskan Wali Kota Jakarta Selatan untuk ikut mengawal proses ini. Karena ini bagian dari tanggung jawab kita sebagai generasi muda dan umat Islam," terangnya.
Ia menyarankan agar di kawasan tersebut disediakan asrama atau tempat penginapan, mengingat pusat kajian akan digunakan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu yang membutuhkan waktu lama.
"Tempat ini harus dibesarkan. Saya pribadi senang membaca dan mengkaji, jadi saya mendukung penuh pembangunan ini hingga tuntas," ungkapnya.
Rano menegaskan, pembangunan gedung ini menjadi simbol penghormatan dan kelanjutan cita-cita besar KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), tokoh bangsa yang memadukan nilai ke-Islam-an, kebangsaan, dan kemanusiaan dalam perjuangannya.
Melalui pusat kajian ini, diharapkan lahir ruang belajar terbuka bagi masyarakat, terutama generasi muda, untuk mengembangkan pemikiran Islam yang moderat, inklusif, dan berakar pada kebudayaan Nusantara.
Pemprov DKI Jakarta, lanjutnya, menyambut baik dan mendukung penuh pembangunan pusat kajian ini, baik melalui fasilitasi perencanaan dan perizinan, maupun sinergi dalam pengembangan literasi dan ekosistem pengetahuan di Jakarta.
"Saat ini Pemprov DKI juga sedang memperluas layanan perpustakaan hingga malam hari agar masyarakat memiliki akses lebih luas terhadap sumber pengetahuan. Kami berharap pusat kajian ini menjadi bagian dari gerakan yang sama untuk menjadikan Jakarta kota yang tumbuh dengan ilmu pengetahuan," bebernya.
Ia menuturkan, transformasi Jakarta menuju kota global harus berakar pada pengetahuan dan nilai, dengan dukungan inovasi, riset, dan literasi sebagai fondasi menuju Jakarta Top 50 Global City pada 2030, dan berlanjut ke Top 20 Global City pada 2045.
Sementara itu, Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid menjelaskan, pembangunan gedung ini berawal dari wasiat Gus Dur yang ingin menjadikan lahan di kawasan tersebut sebagai perpustakaan dan pusat kajian Islam Asia Tenggara.
"Dahulu, sebelum wafat, almarhum Gus Dur berpesan bahwa lahan ini tidak boleh dijadikan apa-apa karena akan dijadikan perpustakaan dan pusat kajian Islam Asia Tenggara. Namun, hingga beliau wafat, lahan ini belum terwujud sesuai cita-citanya," ucapnya.
Ia menambahkan, setelah berdiskusi dengan sejumlah kolega dan sahabat Gus Dur, akhirnya ia bertekad untuk meneruskan cita-cita sang suami. Pembangunan gedung ini dirancang oleh arsitek ternama Gandi.
"Kami memohon doa restu dari para alim ulama dan sesepuh agar pembangunan ini dapat terwujud dengan sebaik-baiknya serta memberikan manfaat dan maslahat bagi seluruh umat manusia," tandasnya.