Kamis, 25 September 2025 Reporter: Aldi Geri Lumban Tobing Editor: Erikyanri Maulana 415
(Foto: Istimewa)
Perumda Paljaya menyelenggarakan Aksi Sedot WC Gratis secara serentak di lima wilayah Jakarta, Kamis (25/9). Kegiatan ini merupakan bagian dari program ‘Paljaya Menyapa Jakarta 2.0’ sekaligus rangkaian peringatan HUT ke-34 Paljaya.
"mendukung kualitas lingkungan dan kesehatan bersama,"
Dalam kegiatan ini, Paljaya menyasar delapan rumah warga dan satu Ruang Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di setiap wilayah. Salah satu lokasi yang dipilih adalah RPTRA Rawa Jaya, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Ketua Dewan Pengawas Perumda Paljaya, Wahyu Mujiono mengatakan, kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang sosialisasi melainkan juga bentuk edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya sanitasi aman.
“Hari ini kita melaksanakan aksi sedot massal serentak di lima wilayah Jakarta. Setiap wilayah menyasar delapan rumah dan satu RPTRA, sehingga total ada 40 rumah yang mendapat layanan penyedotan gratis,” ujarnya.
Ia menyampaikan, selain penyedotan tangki septik, Paljaya juga menghadirkan kegiatan sosialisasi di setiap wilayah. Warga diberikan edukasi mengenai sanitasi layak dan aman, termasuk pengelolaan air limbah domestik yang benar.
“Seluruh rangkaian kegiatan dilakukan bersamaan di lima wilayah sebagai bentuk kontribusi nyata Paljaya bagi masyarakat. Harapannya, masyarakat tidak hanya memiliki sanitasi layak, tetapi juga sanitasi aman yang mendukung kualitas lingkungan dan kesehatan bersama,” jelasnya.
Manajer Sekretaris Perusahaan Paljaya, Mala S Ramadhona mengatakan, pihaknya memiliki dua jenis layanan pengelolaan limbah domestik, yaitu Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat (SPALD-S) dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T).
Ia menjelaskan, rumah bisa disebut telah mempunyai sanitasi layak ketika sudah memiliki WC yang dilengkapi dengan leher angsa dan telah terkoneksi dengan tangki septik standar.
“Namun, layak saja belum cukup, rumah tersebut baru disebut memiliki sanitasi aman apabila sudah melakukan penyedotan tangki septik secara terjadwal minimal tiga tahun sekali,” ucapnya.
Menurut Mala, kesadaran masyarakat terkait pentingnya melakukan penyedotan tangki septik secara terjadwal masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah masih banyak tangki septik masyarakat yang tidak memenuhi standar, tidak kedap air atau bocor.
Ia menyampaikan, rendahnya permintaan layanan penyedotan terjadi karena tangki septik non-standar yang
tidak membutuhkan sedot berkala. Akibatnya, air limbah meresap ke tanah dan bisa mencemari sumber air.“Paljaya menilai perlu ada langkah paralel antara perbaikan infrastruktur tangki septik dan peningkatan pemahaman masyarakat agar program sanitasi aman berjalan efektif,” ucapnya.
Mala juga menyoroti masih adanya warga Jakarta yang tidak memiliki tangki septik sehingga pembuangan air limbah langsung mengalir ke kali.
Untuk itu, Paljaya juga secara rutin dilibatkan sebagai narasumber oleh puskesmas untuk mengedukasi masyarakat melalui program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat).
“Kami terus bersinergi dengan stakeholder terkait untuk menyosialisasikan cara mengelola limbah rumah tangga yang benar,” tandasnya.