Rabu, 24 September 2025 Reporter: Aldi Geri Lumban Tobing Editor: Erikyanri Maulana 603
(Foto: Istimewa)
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Provinsi DKI Jakarta melalui Unit Pengelola Perpustakaan Jakarta dan Pusat Dokumen Sastra HB Jassin, menggelar Simposium Sastra Internasional mulai 24 September hingga 26 September 2025.
"penjaga memori sastra bangsa,"
Acara yang diselenggarakan sebagai rangkaian Festival Sastra HB Jassin 2025 ini menjadi momentum penting untuk memperteguh peran HB Jassin sebagai "Paus Sastra Indonesia" dalam pelestarian dan pendokumentasian karya sastra.
Simposium sastra dibuka secara resmi oleh Kepala Dispusip DKI Jakarta, Nasruddin Djoko Surjono dan dihadiri oleh lebih dari 150 peserta dari berbagai latar belakang, seperti peneliti, mahasiswa, sastrawan, akademisi, pustakawan, arsiparis, bahan profesi lainnya.
Nasruddin mengatakan, simposium ini bukan hanya wadah diskusi, tetapi juga bentuk apresiasi terhadap dedikasi HB Jassin, sekaligus ajang pertukaran gagasan dalam memandang isu-isu kesusastraan kontemporer di tengah kemajuan zaman yang pesat.
“Simposium ini adalah bukti komitmen kita untuk terus merawat warisan intelektual HB Jassin. Beliau bukan hanya kritikus, tetapi juga penjaga memori sastra bangsa," ungkapnya.
Kepala Unit Pengelola Perpustakaan Jakarta dan Pusat Dokumen Sastra HB Jassin, Diki Lukman Hakim menyampaikan, kegiatan ini terlaksana atas kerja sama antara Pusat Dokumen Sastra HB Jassin dengan Dewan Kesenian Jakarta serta Institut Terjemahan dan Buku Malaysia sehingga mampu menghadirkan para peneliti, akademisi, dan sastrawan dari Indonesia dan Malaysia.
“Simposium ini juga memperteguh Jakarta sebagai Kota Sastra yang telah ditetapkan UNESCO pada tahun 2021 sehingga penting sekali diadakan mimbar akademis untuk membahas isu-isu mutakhir dalam dunia sastra,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu, dua budayawan terkemuka, yaitu Nirwan Dewanto dari Indonesia dan Datuk Lim Swee Tin dari Malaysia hadir memberikan pandangan mendalam mengenai dinamika sastra kontemporer dan pentingnya dokumentasi sastra dalam konteks global.
Mereka juga menyoroti kerja dokumentasi HB Jassin yang dapat memberikan dampak signifikan dalam kajian sastra di Indonesia, bahkan di Kawasan Melayu.
Kasatpel Pengolahan dan Pendokumentasian Sastra, Nurcahyo Y Hermawan menjelaskan, simposium sastra kali ini menyajikan 10 panel dengan tema kajian sastra kontemporer, arsip dan kerja dokumentasi sastra, serta manuskrip dan tradisi lisan. Hadir juga 30 pemakalah dari Indonesia dan Malaysia, di antaranya Melani Budianta, Sunu Wasono, Munawar Holil, Pudentia MPSS, Martin Suryajaya, Ayu Utami, dan lainnya.
Simposium ini diharapkan dapat memicu semangat baru bagi para pegiat sastra untuk terus berkarya, meneliti, dan mendokumentasikan khazanah sastra Indonesia. Keberhasilan acara ini juga menunjukkan kuatnya jalinan kerja sama lintas lembaga dan lintas negara dalam memajukan dunia sastra.
Sebagai informasi, Festival Sastra HB Jassin merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk mengenang peran dan jasa HB Jassin dalam pendokumentasian dan pelestarian sastra di Indonesia, bahkan di dunia. Festival ini telah dimulai sejak Juli 2025 dan akan berlangsung hingga puncaknya pada 18 Oktober 2025.
Kegiatan festival yang telah berjalan adalah pameran sastra serta diskusi-diskusi sastra. Saat ini, masih berlangsung Lomba Piala HB Jassin 2025 yang akan diumumkan pada malam anugerah Piala HB Jassin 2025 pada 18 Oktober 2025 di Teater Besar Taman Ismail Marzuki dengan mengundang musisi Ebiet G Ade.