Rabu, 30 April 2025 Reporter: Aldi Geri Lumban Tobing Editor: Erikyanri Maulana 450
(Foto: doc)
Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyambut baik kebijakan baru Pemprov DKI Jakarta yang mewajibkan ASN menggunakan transportasi umum setiap hari Rabu.
"Saya itu pengguna kereta sejati,"
Seperti dirasakan Pelaksana tugas (Plt)
Asisten Perekonomian dan Keuangan (Asperkeu) Sekda DKI Jakarta, Suharini Eliawati. Ia mengaku tak kesulitan menerapkan kebijakan tersebut.“Saya itu pengguna kereta sejati, saya selalu menyebutnya roker sejati,” ujar perempuan yang akrab disapa Eli, Rabu (30/4).
Istilah “Roker” bukan merujuk pada aliran musik, melainkan singkatan dari Rombongan Kereta yang menjadi salah satu sebutan atau istilah umum bagi setiap pengguna KRL Commuter Line.
Sejak tahun 1995, Eli berangkat dari rumahnya di Citayam menuju tempat tugas menggunakan commuter line setiap pagi. Jika dahulu Ia turun di Stasiun Kota saat bertugas di Jakarta Utara, kini ia turun di Stasiun Gondangdia sebelum berjalan kaki ke Balai Kota. Menurutnya, aktivitas ini tidak hanya menjadi rutinitas, tapi bagian dari gaya hidup hemat, sehat, dan peduli lingkungan.
Kebijakan Gubernur yang tertuang dalam Instruksi Gubernur (Ingub) Nomor 6 Tahun 2025 bukan hal baru bagi Eli. Sebaliknya, ia merasa ini bentuk kemajuan dan transformasi layanan publik yang patut disambut positif oleh ASN.
“Transportasi umum sekarang sudah jauh berubah. Dulu penumpang naik ke atap gerbong, sekarang sudah sangat disiplin, bersih, dan ber-AC. Tidak berkeringat lagi di dalam kereta. Nyaman sekali,” katanya.
Eli mengatakan, naik transportasi umum adalah strategi efektif, baik dari segi waktu maupun biaya. Ia bangun sejak pukul tiga pagi untuk menyiapkan keperluan rumah tangga. Namun, semangatnya untuk mengejar kereta yang nyaman tetap tinggi. Ia punya strategi khusus, menunggu kereta dari Bojong Gede yang memberi peluang lebih besar untuk duduk.
“Pukul 6 pagi saya sudah harus ada di Stasiun Citayam biasanya tiba di kantor sekitar pukul 7.15 pagi, bahkan masih sempat menyapa pelaku UMKM binaan di sekitar Stasiun Gondangdia. Kalau naik mobil bisa dua kali lipat waktunya. Kereta jauh lebih cepat, dan saya bisa menyapa masyarakat serta menyosialisasikan program Pemprov DKI Jakarta di jalan,” urainya.
Tak hanya untuk dirinya, kebiasaan Eli ternyata menginspirasi rekan-rekan ASN lainnya. Cerita pengalaman di kereta dan manfaat yang dirasakannya mampu mengajak beberapa orang untuk ikut beralih ke transportasi umum. Baginya, transportasi publik bukan sekadar kendaraan, tapi ruang perjumpaan, tempat mendengar suara masyarakat.
“Saya tidak bisa memaksa orang lain, tapi saya bisa memaksa diri saya sendiri untuk jadi contoh. Kalau ada yang ikut, itu bonus,” kata Eli.
Eli menyambut baik kebijakan ASN Pemprov DKI Jakarta naik transportasi umum setiap Rabu. Ia berharap kebiasaan ini bisa menjalar menjadi budaya baru di kalangan pegawai negeri, dan masyarakat luas.
Ia menjelaskan, satu hari dalam seminggu, mungkin terdengar sepele, tapi itu adalah sebuah langkah kecil yang membawa perubahan besar.
“Yuk kita nikmati dan manfaatkan. Transportasi publik kita sudah bertransformasi luar biasa. Naik transportasi umum itu menyenangkan, sehat, dan kita bisa berkontribusi langsung mengurangi kemacetan dan polusi Jakarta,” tandas Eli.