Senin, 13 Oktober 2025 Reporter: Anita Karyati Editor: Toni Riyanto 440
(Foto: Anita Karyati)
Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Utara terus menggencarkan upaya preventif pencegahan penyebaran Tuberkulosis (TBC) di enam wilayah kecamatan. Salah satunya dengan membentuk Kampung Siaga TBC yang tahun ini sudah ada 69 RW.
"Tidak ada peningkatan yang signifikan"
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Sudinkes Jakarta Utara, Ika Dewi Subandiyah mengatakan, kasus TBC sejak Januari hingga 10 Oktober 2025 sebanyak 7.484 kasus. Sementara, pada tahun 2024 kasus TBC di Jakarta Utara berjumlah 11.323 orang.
"Tidak ada peningkatan yang signifikan, karena kami terus mengoptimalkan pencegahan TBC. Berbagai upaya telah dilakukan, mulai dari pembentukan Kampung Siaga TBC, skrining, edukasi, hingga investigasi kontak untuk pencegahan dini," ujarnya, Senin (13/10).
Ika menjelaskan, sebelumnya telah dibentuk Kampung Siaga TBC di 33 RW wilayah Jakarta Utara. Namun, tahun ini kembali dibentuk sebanyak 36 RW, sehingga totalnya ada 69 RW kampung siaga TBC.
"Program ini dibentuk untuk meningkatkan pengetahuan dan kemandirian masyarakat dalam mencegah TBC. Sebab, upaya pencegahan ini bukan hanya dari pemerintah, tetapi seluruh unsur masyarakat ikut bergerak melakukan pencegahan," terangnya.
Menurutnya, dalam upaya pencegahan, pihaknya juga melakukan skrining TBC door to door secara berkala, hingga investigasi kontak untuk peningkatan penemuan kasus TBC sejak dini. Bahkan, pihaknya juga bersinergi dengan beberapa perusahaan melalui program corporate social responsibility (CSR)
dalam upaya penurunan kasus TBC di Jakarta Utara."Mudah-mudahan dengan upaya preventif pencegahan dan penanggulangan, angka TBC di Jakarta Utara semakin menurun, dan Insya Allah semua warga sehat semua," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat Kelurahan Kalibaru, Leila Fatmasari menambahkan, saat ini di wilayahnya tengah digencarkan sosialisasi dan edukasi TBC, serta skrining dahak. Saat ini ada 73 orang yang sedang menjalani pengobatan TBC di Puskesmas.
"Sejak pekan lalu, kami telah mengedukasi TBC di tiga RW. Besok rencananya kami akan kembali mengadakan sosialisasi dan skrining dahak di RW 07," ungkapnya.
Menurutnya, peningkatan kasus TBC ini juga merupakan efek domino dari berbagai faktor. Tidak hanya dari iklim, tetapi juga pola hidup dan minimnya pemahaman masyarakat akan bahaya TBC.
"Penyakit ini memang mudah menularnya, tetapi kalau kita biasa menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, TBC bisa kita cegah. Semoga, kasus TBC di wilayah kami bisa tuntas," tandasnya.