Jumat, 26 September 2025 Reporter: Tiyo Surya Sakti Editor: Toni Riyanto 301
(Foto: Tiyo Surya Sakti)
Kontingen DKI Jakarta saat ini berada di puncak klasemen Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNas) XIX Jawa Tengah. Namun, di balik gemerlap medali dan sorak kemenangan para atlet muda ibu kota, ada sosok sederhana yang selalu hadir memberi kekuatan tak kasat mata, kekuatan mental.
"Penerapan teknik dan strategi psikologis,
"
Ia adalah Aryati, perempuan berusia 61 tahun, mantan dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Jakarta yang kini dipercaya menjadi Sport Mental Coach di Pembinaan Olahraga Prestasi Berkelanjutan (POPB) DKI Jakarta. Di mata para atlet, Aryati bukan sekadar pelatih mental, melainkan seperti seorang ibu yang siap memompa semangat mereka di setiap laga.
Di balik sorak kemenangan dan derai air mata perjuangan, kehadiran Aryati menjadi pengingat bahwa mental adalah pondasi yang tak kalah penting dibandingkan fisik. Sosoknya adalah energi tersembunyi yang membuat kontingen DKI Jakarta kian percaya diri di ajang POMNas XIX.
Bekerja dengan sepenuh hati, Aryati kerap dipanggil manajer atau pelatih ketika ada atlet yang terlihat tertekan. Baik sebelum maupun sesudah pertandingan, tangan dingin, perkataan halus, dan tatapan matanya yang tajam membuatnya disegani.
"Saya melakukan supporting mental training kepada atlet atau penerapan teknik dan strategi psikologis untuk mengembangkan keterampilan mental seperti fokus, kepercayaan diri, ketahanan, dan pengendalian emosi,” ujarnya, Kamis (25/9).
Baginya, tujuan utama bukan sekadar medali, tetapi bagaimana atlet mampu menjaga kinerja terbaik dan kesejahteraan mental, baik di dalam maupun di luar arena.
"Mereka intinya boleh egois selagi bertanding karena itu yang membuat mereka percaya diri bahwa dirinya mampu mendapatkan yang dituju," terangnya.
Sebelum turun di POMNas XIX, seluruh atlet dari berbagai cabang olahraga diwajibkan mengikuti program mental training yang objektif. Dari situ, Aryati dan tim dapat memetakan kondisi psikologis para atlet.
"Kami melihat bukan nilai angka, namun nilai persiapannya. Nantinya, apakah hasil data mental training itu baik, cukup, kurang baik, atau cukup baik, semua akan jadi patokan tahap lanjutan," bebernya.
Ia menegaskan, mental training bukan satu-satunya kunci sukses. Persiapan fisik, keterampilan teknis, hingga observasi rutin terhadap aktivitas atlet juga sama pentingnya.
"Ini adalah sebuah proses. Kami orang-orang di bidang Sport Mental bukan tukang sihir yang bisa mengubah apapun tanpa proses yang baik," tegasnya.
Tak hanya mengandalkan pendekatan konvensional, Aryati juga membawa inovasi melalui Mental Science Technology memanfaatkan aplikasi dan platform teleterapi, ia membantu diagnosis, pemantauan, hingga penanganan kondisi mental atlet melalui fitur-fitur digital yang menarik.
"Teknologi dapat menjadi jembatan agar atlet lebih mudah memahami dan merawat kesehatan mental mereka," imbuhnya.
Keberadaan Aryati sebagai Sport Mental Coach di POMNas XIX bukan hal biasa. Ia memastikan bahwa kontingen DKI Jakarta adalah satu-satunya yang menghadirkan peran pelatih mental dalam perhelatan ini.
"Saya berterima kasih kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang telah menghadirkan Sport Mental Coach di POMNas XIX ini. Karena bisa dibilang hanya DKI lah yang mempunyai Sport Mental Coach pada perhelatan ini," tandasnya.