Rabu, 25 Juni 2025 Reporter: Aldi Geri Lumban Tobing Editor: Erikyanri Maulana 147
(Foto: Istimewa)
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup terus memperkuat upaya pengelolaan sampah secara berkelanjutan berbasis wilayah dengan menjalankan Pilot Project Pengelolaan Sampah Kolaboratif di enam kelurahan terpilih di Jakarta.
"Kolaborasi ini menjadi langkah strategis,"
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto mengatakan, aksi nyata ini diperkuat melalui Forum Kolaborasi Sosial Berskala Besar (KSBB) klaster Persampahan.
Ia menyampaikan, KSBB ini bertujuan menciptakan sistem pengelolaan sampah mandiri melalui sinergi antara pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, industri, start up, akademisi, organisasi masyarakat sipil, hingga komunitas.
Asep menjelaskan, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta ingin mengintegrasikan berbagai kontribusi melalui proyek percontohan ini seperti infrastruktur, teknologi, edukasi, pelatihan dan pendampingan dalam sistem pengelolaan sampah berbasis wilayah.
“Kolaborasi ini menjadi langkah strategis untuk menciptakan kelurahan yang mandiri dan berkelanjutan dalam mengelola sampahnya,” ujar Asep, Rabu (25/6).
Ia menyebut enam lokasi yang menjadi sasaran pilot project yaitu, RW 07 Kelurahan Johar Baru (Jakarta Pusat), RW 04 Kelurahan Pegangsaan Dua (Jakarta Utara), RW 05 Kelurahan Pengadungan (Jakarta Barat), RW 07 Kelurahan Ulujami (Jakarta Selatan), RW 17 Kelurahan Klender (Jakarta Timur), dan Pulau Sancang di Kelurahan Pulau Pari (Kepulauan Seribu).
“Pontensi program CSR dari industri dan start up serta pendampingan dari CSO dan Akademisi tentu akan menjadi kolaborasi yang efektif menyukseskan pilot project ini,” katanya.
Asep mengatakan, output dari kolaborasi ini adalah adanya sosialisasi, edukasi, pelatihan, dan pendampingan kepada seluruh rumah tangga di lokasi RW pilot project tersebut, serta penyediaan infrastruktur dan sarana pendukung. Data capaian proyek seperti peningkatan jumlah rumah yang memilah sampah dan pengurangan volume sampah menjadi salah satu indikator keberhasilan pilot project ini.
“Dinas LH akan melakukan monitoring dan evaluasi ketat selama satu tahun pertama. Diharapkan pilot project ini menjadi model yang dapat direplikasi di 261 kelurahan lainnya sebagai praktik baik dalam pengelolaan sampah yang berkelanjutan,” ujarnya.
Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta Bidang Pembangunan dan Tata Kota, Nirwono Joga mengatakan, aksi nyata melalui pelaksanaan Pilot Project Pengelolaan Sampah Kolaboratif juga selaras dengan visi Jakarta sebagai kota global berperingkat ke-50 besar dunia pada 2029. Salah satu indikatornya adalah pengelolaan sampah yang terintegrasi dan berkelanjutan.
“Jakarta menghasilkan sekitar 8.000 ton sampah per hari. Jika dibagi ke 267 kelurahan, maka masing-masing kelurahan perlu mengurangi sekitar 29,96 ton per hari. Ini bisa dicapai jika setiap kelurahan mengedepankan inovasi dan kolaborasi dalam mengelola sampah,” urainya.
Nirwono menjelaskan, Jakarta dapat mengidentifikasi tiga kategori kelurahan berdasarkan keberhasilan pengurangan sampah. Pertama yakni kategori bebas sampah, yang berhasil mengurangi timbulan sampah secara signifikan.
Kedua, kategori bebas sampah parsial, yang masih dalam proses menuju kategori rendah sampah dan ketiga belum bebas sampah, wilayah yang mengalami kesulitan dalam hal pengurangan dan pengurangan sampah.
Ia menambahkan, bagi kelurahan yang masuk kategori bebas sampah, dapat menjadi pusat pembelajaran bagi kelurahan lainnya. Sedangkan kelurahan yang belum bebas sampah akan menjadi prioritas pendamping oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.
“Jika target ini tercapai di 267 kelurahan, maka bisa terbentuk sistem pengelolaan sampah mandiri yang berkelanjutan di tingkat wilayah,” tandasnya.