Kemolekan Wajah Baru Blok M

Oleh :

Anita Karyati

Jumat, 22 Agustus 2025 | 1425

Rasa enggan menyergap diri Iwan ketika anak dan keponakan perempuannya yang sudah beranjak dewasa memintanya untuk menemani jalan-jalan sore ke kawasan Blok M.

Pria berusia 54 tahun yang sudah lebih dari 20 tahun tidak menginjakkan kaki di Jakarta setelah berumah tangga dan menetap di Lombok, Nusa Tenggara Barat, mencoba menolak ajakan putri dan keponakannya dengan berbagai alasan. Namun, semua itu terpatahkan oleh rajukan. Dengan rasa malas, dia pun akhirnya memenuhi permintaan putri dan keponakannya itu.

"Mumpung lagi di Jakarta Om, kita jalan-jalan ke Blok M," seru keponakannya.

Dalam benaknya, terbayang suasana terminal bus Blok M yang semerawut serta lorong penghubung bawah tanah terminal yang pengap, sumpek dan agak gelap karena kurangnya pencahayaan.

Namun, semua bayangan tak mengenakkan itu buyar ketika bus Transjakarta yang mereka tumpangi masuk area terminal. Tak sampai di situ, saat kakinya memasuki lorong penghubung bawah tanah disambut udara sejuk dari sistem pendingin ruangan.

Ia pun semakin takjub melihat  langit-langit koridor dipenuhi motif mozaik Betawi berwarna kuning cerah dan kain merah yang menggantung, membuat pencahayaan memadai.

"Benar-benar telah berubah, jadi lebih nyaman dan modern. Terus terang, tadinya saya malas ke sini, karena saya kira masih seperti dulu," ucapnya.

Perasaan nyaman juga dirasakan Lani Wulan (30), warga Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Perempuan yang bekerja sebagai research analyst salah satu perusahaan swasta ini mengaku menyambangi kawasan Blok M untuk membeli dan membaca di salah satu toko buku yang ada di depan Blok M Square.

“Setiap kali bosan atau selesai bekerja pasti saya ke sini. Selain saya suka membaca, tempat ini sangat nyaman sekali," tuturnya.



Wajah Baru Jakarta

Ya, kawasan Blok M sejak era 80 hingga 90-an memang sudah popular sebagai salah satu pusat perekonomian, hiburan dan tempat kongkow anak muda.

Popularitas Blok M pada masa itu begitu tinggi, sehingga diangkat menjadi judul film yang dibintangi Desy Ratnasari dan Paramitha Rusady. Bahkan, penyanyi Denny Malik pernah menggambarkan keceriaan suasana kawasan ini lewat lagunya berjudul 'Jalan-jalan Sore (JJS)' yang sempat nge-hit di tahun 1989.

Keberadaan Blok M sebagai pusat perekonomian dan hiburan di Jakarta kala itu didukung dengan adanya terminal bus yang diresmikan Gubernur Ali Sadikin pada 1968. Terminal seluas kurang lebih 113,7 hektare ini menampung 32 rute bus kota dengan enam jalur yang melayani penumpang ke seluruh penjuru Jakarta.

Kawasan ini semakin berkembang setelah Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta membangun mal di bawah tanah yang dinamakan Mal Blok M. Mal ini menjadikan kawasan tersebut paling modern di Indonesia.

Namun, ketika pandemi COVID-19 melanda dunia, termasuk Indonesia pada 2019 lalu, ditambah mulai maraknya transaksi online, popularitas kawasan Blok M pun sempat meredup.

Saat ini, kawasan Blok M kembali menggeliat. Gubernur DKI Jakarrta, Pramono Anung yang bertekad menjadikan Jakarta sebagai kota global, mentransformasi kawasan Blok M, selain pusat perekonomian juga menjadi pusat kreatif masyarakat dan sentra angkutan perkotaan yang modern.

Tulisan ‘Mal Blok M’ di pintu masuk barat kawasan Melawai, tepatnya di samping Taman Literasi Martha Christina Tiahahu telah berganti wajah menjadi Blok M Hub. 

Wajah baru Terminal dan Mal Blok M yang kini menyandang nama baru Blok M Hub merupakan buah karya PT MRT sebagai bentuk dukungan atas transformasi Jakarta sebagai kota global dan berbudaya.

Blok M Hub yang memiliki area outdoor dan indoor, tak hanya menjadi sentra transportasi dan aktivitas sosial, tapi juga pusat kuliner dan UMKM yang ramah dan nyaman. Lokasinya sangat strategis dan mudah dijangkau moda transportasi seperti MRT dan TransJakarta.

"Blok M Hub akan jadi representasi Jakarta sebagai kota global. Area ini jadi titik temu antara sejarah, budaya dan inovasi di Jakarta," ujar Pramono saat melakukan pencanangan perayaan HUT ke-498 Kota Jakarta pada 24 Mei 2025 lalu.

Pramono meyakini, kawasan Blok M Hub akan menjadi masa depan Jakarta, memperkuat posisinya sebagai kota global yang kaya sejarah, budaya dan inovasi yang terus tumbuh.

Untuk mendukung wajah baru kawasan Blok M, Pemprov DKI Jakarta pun mulai melakukan penataan dengan mengintegrasikan Taman Langsat, Taman Ayodya dan Taman Leuser.

Penataan tiga taman yang diberi nama Taman Bendera Pusaka ini bertujuan menciptakan ruang publik hijau yang lebih luas dan multifungsi bagi warga Jakarta, sekaligus untuk mencegah dan meminimalisir banjir.

Taman yang berdiri di atas lahan seluas 5,6 hektare ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas publik seperti lapangan bulu tangkis, tenis, padel serta jogging track sepanjang 1,2 kilometer.

Pramono optimistis, fasilitas ini benar-benar akan memberikan manfaat bagi masyarakat. Penataan Taman Bendera Pusaka ditarget rampung pada Desember 2025.

"Itu bagian tanggung jawab saya untuk membuat Jakarta lebih baik, indah, tamannya lebih luas. Saya yakin ini akan memberikan kenyamanan bagi orang yang akan datang ke taman," kata Pramono.

Disambut Positif Warga

Penataan dan perubahan kawasan Blok M menjadi Blok Hub ini mendapat tanggapan positif warga Jakarta. Lani menilai, perubahan ini  dapat mengembangkan simpul kreatif anak muda. Sehingga, Blok M bukan sekadar tempat nongkrong, tetapi ruang aktualisasi, inspirasi dan sosial.

“Jakarta dikatakan kota global, menurut saya sudah sangat pantas, karena semua fasilitas yang berada di negara maju kita juga sudah miliki. Contohnya Blok M ini, pusat transportasi modern, ekonomi, hiburan dan lainnya,” tuturnya.

Hal senada diutarakan Wilda Ibrotun Nisa (19), mahasiswi asal Tangerang yang kuliah pada salah satu kampus di Jakarta Selatan. Dia merasa senang dengan revitalisasi di kawasan Blok M.

Jika sebelumnya hanya ramai di M Bloc Space, kini hampir semua kawasan kembali ramai. Tidak hanya dari transportasi, tetapi tempat nongkrong maupun kuliner. Seperti halnya Taman Literasi, sekarang sudah dipenuhi dengan tenant-tenant yang membuat ruang terbuka itu menjadi lebih ramai dan seru.

“Tidak pernah bosan untuk hunting ke kawasan legendaris ini. Apalagi transportasinya sudah diperbanyak serta untuk lorong Mal Blok M ke terminal juga sudah semakin bagus dan kekinian,” ucap Wilda.

Bukan cuma warga lokal, Rosa (19) dan Mayte (20), turis asal Belanda juga merasakan kenyamanan dan keramahan kawasan Blok M dengan wajah barunya.

“Di Indonesia kami hanya tiga hari. Besok kami akan balik lagi ke sini untuk menikmati suasana pagi, karena pada malam hari kami kembali ke Belanda. Sangat menakjubkan dan keren,” ucap Mayte.

Di tengah perbincangan yang asyik, mereka berucap bahwa Indonesia negara yang ramah dan tidak akan pernah bosan berkunjung. Salah satunya ke Jakarta sebagai pusat kota.

Mereka merencanakan akan mengajak teman-temannya berkunjung ke Jakarta karena banyak produk-produk lokal yang sangat unik dan menarik.

“Kami suka berbelanja. Di Blok M ini banyak pilihannya. Namun untuk brand lokal-nya masih sedikit. Kalau bisa diperbanyak lagi, jadi kami punya referensi produk lokal lainnya,” tandasnya.