Mencari Surga di Telapak Kaki
Oleh :
Nugroho Sejati
Minggu, 21 Desember 2025 | 52
Nugroho Sejati
Minggu, 21 Desember 2025 | 52
Di salah satu sudut Jakarta, tepatnya di Jalan Bina Marga Nomor 79, Cipayung, Jakarta Timur, sekitar seratus anak melakukan berbagai aktivitas di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Balita Tunas Bangsa yang berada di bawah naungan Dinas Sosial DKI Jakarta.
Beragam ekspresi terekam dari wajah-wajah mereka, mulai dari senyum ceria, tawa lepas, hingga tangis yang menambah riuh suasana.
Anak-anak yang diasuh berusia 0-7 tahun merupakan warga binaan sosial yang dirawat dengan tulus para pengasuh. Anak-anak itu merupakan rujukan dari kepolisian atau lembaga, panti asuhan lain, Suku Dinas Sosial, hingga temuan di masyarakat karena tidak terpenuhi haknya secara wajar, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial.




Ada tiga faktor yang mengantarkan anak-anak menjadi warga binaan, yakni terlantar atau tidak diketahui asal-usulnya; diserahkan ibu kandung berdasarkan pertimbangan dan hasil asesmen serta titipan sementara kerena kondisi orang tua atau keluarga belum mampu merawat anak tersebut.
Anak binaan tersebut dirawat 48 pengasuh yang merupakan Penyedia Jasa Lainnya Perseorangan (PJLP) di PSAA Balita Tunas Bangsa. Para pengasuh bekerja setiap hari secara bergantian untuk menghadirkan peran ibu bagi 101 anak binaan. Mereka memastikan kebutuhan dasar yang meliputi pengasuhan, perawatan, pembinaan dan perlindungan bagi anak tetap terpenuhi.
Para pengasuh di PSAA Balita Tunas Bangsa bertindak layaknya ibu bagi anak-anak panti. Memandikan, menyuapi makanan, menemani bermain, hingga mengantarkan anak-anak menuju layanan kesehatan adalah aktivitas rutin para pengasuh. Keberagaman karakter anak-anak menjadi tantangan tersendiri bagi mereka.





Catur Noviandari (31), salah satu pengasuh di PSAA Balita Tunas Bangsa merasa terpanggil jiwanya saat ada kesempatan bekerja sebagai pengasuh anak binaan. Pengalamannya sebagai tenaga kesehatan membantunya dalam melakukan perawatan anak.
“Pada dasarnya saya suka anak-anak dan melihat anak-anak di sini butuh perhatian dan kasih sayang,” ujar Catur.
Catur pernah merasakan kebahagiaan luar biasa ketika melihat salah satu anak asuhnya berhasil sembuh dari penyakit parah yang dideritanya. Ia menaruh perhatian penuh pada anak itu layaknya anak sendiri.
Harapan tertinggi Catur dan pengasuh lainnya untuk anak-anak binaan adalah hadirnya kasih sayang yang tulus bagi mereka. Bagi para pengasuh, bekerja di panti tidak hanya soal memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga mengabdi pada masyarakat dengan menjadi “ibu" bagi ratusan anak yang sempat kehilangan arah dalam pencariannya mencari surga di telapak kaki.